Sabtu, 12 Mei 2012

Now...

Hari ini hari minggu. Aku mau siap siap ngasih kado buat temanku. Mau mandi trus sarapan trus berangkat. Abis itu magang di Mesjid Catur Citayem, trus Liqo deh. Haha gaje :p

Friendship

Cerpen aku nih, tugas b.indo. Dikumpulinnya sebelum UAS.


Matahari bersinar terik di siang hari, membuat gerah setiap orang yang terkena sorotan sinarnya. Hawa yang cocok untuk berenang di kolam renang, di kali, di sungai atau sekedar bershower di kamar mandi.
Di desa Jati Mudiak,lomba renang sedang berlangsung.
“Ayolah Maud, jangan diam terus. Semangat dong ! Biasanya juga kau semangat” seru Bundo di pinggir sungai. Menyoraki Maud yang tiba tiba berhenti berenang di tengah jalannya lomba.
“Entahlah Bundo, ambo tiba-tiba malas berenang “ kata Maud sambil berjalan keluar dari sungai.
“Lah? Kenapa pula anak Bundo ini, tak seperti biasanya” ucap Bundo bingung “Kau sakit? ” tanya Bundo
Maud menggeleng “Tak tau lah Bundo, rasanya malas melakukan apa apa, ambo istirahat dulu yo” Maud mengambil air yang di sediakan panitia.
Bundo menghampiri Maud “Kalau kau sakit, istirahatlah. Biar Bundo ambilkan obat”.
“Tidak Bundo, ambo hanya malas berenang”
“Sungguh?”
“Sungguh Bundo, baru 2 hari yg lalu ambo berenang, sehari sebelumnya juga sudah, masa sekarang berenang lagi, ambo bosan ”
“Ada masalah di sekolah?”
Maud ragu, apakah dia harus menceritakan kepada Bundo atau tidak, lalu Maud memutuskan untuk menggeleng “tidak Bundo”
“Heuh, yaudahlah. Istirahat saja kau” Ucap Bundo pasrah.
Maud merenungi kejadian tadi siang di sekolahnya. Ia melihat Zait, sahabatnya sejak SD, sedang berdua dengan wanita yang diam-diam disukainya di perpustakaan ketika ia hendak mengembalikan buku. Lantas ia langsung marah dan menjauhi  Zait. Padahal ia tau, Zait sedang memiliki masalah keluarga dan seharusnya ia tidak pantas membebaninya dengan masalah yang cuma sepele seperti ini.
aku harus meminta maaf ke Zait besok” ujar Maud dalam hati.
JJJJJJJJ
Esoknya, ketika Maud sampai di sekolah, ia melihat bangku Zait kosong. Tidak seperti biasanya Maud datang lebih dulu dari pada Zaitun. Padahal jam 6 teng Zait biasa datang ke sekolah tiap hari. “kemana Zait? Ah mungkin terlambat ” pikirnya.
Sampai bel masuk berbunyi , Maud tidak melihat tanda-tanda Zait akan datang. Selama pelajaran berlangsung, hati Maud diliputi rasa cemas. Ia takut ketidakhadiran Zait hari ini disebabkan oleh kejadian kemarin.
“triiiiiingg”
“Hoy Maud ! Maud !”
Maud yang sedang merapihkan mejanya, dikagetkan dengan suara sang ketua kelas yang memberitahukan Maud dipanggil oleh Bu Ted.
“Iyelah iye, ambo kesana”
Sesampainya di ruang guru, Maud pun masuk dan dipersilahkan duduk oleh Bu Ted yang kelihatannya sudah dari tadi menunggunya.
Ternyata Bu Ted memberitahu kabar mengapa Zait tidak masuk`hari ini. Zait kabur dari rumah karena ia selalu disalahkan oleh orangtuanya dalam hal apapun. Orangtuanya selalu membela kakaknya dari pada dia. Dia tidak mau disalahkan jika itu memang bukan kesalahan dia, sehingga dia membela diri. Orangtuanya malah menganggap Zait membantahan perkataan orangtuanya sehingga Zait pun mengurung diri di kamar semalaman. Karena tidak betah mengurung diri terus, Zait memutuskan untuk kabur dari rumah tanpa meninggalkan pesan apapun kepada kedua orangtuanya. Dan sekarang tidak ada yang tahu Zait kemana.
“Ibu tau dari mana semua cerita itu?” tanya Maud.
“Tadi ibu ke rumahnya Zait. Kau tahu sendiri lah peraturan di sekolah ini yang mengharuskan memberi kabar jika tidak masuk sekolah. Jika ada yang tidak memberi kabar, pihak sekolah akan mendatangi alamat rumahnya” jelas Bu Ted.
“Ibu mohon kepada kau, Ud. Tolong cari si Zait lah, kau kan sebagai sahabatnya. Ibu mohon, Ud” lanjut bu Ted. Maud mengangguk.
JJJJJJJJJJ
Pulang sekolah, Maud segera mencari Zait. “aduh , ambo harus kemana dulu nih. Ke rumah temannya yang lain? Tidak. Ke rumah saudaranya? Tidak. Kira-kira kemana ya......” Sambil berpikir, Maud yang sedang berjalan di trotoar tidak melihat jalan hingga ia tertabrak tiang. “Wadowww!!!!”  teriaknya.
“Ah, tiang nih, mengganggu jalan saja. Minggirlah ! ” seru Maud menyalahkan tiang.
Ketika hendak melewati tiang itu, ia tak sengaja melihat kertas pengumuman yang tertempel pada tiang itu. Pengumumannya tidak penting, yang menarik perhatiannya adalah gambar yang ada di kertas itu. Gambar salju. Ya, Zait suka sekali dengan salju. Walaupun dia belum pernah  memegangnya atau melihatnya secara langsung, tapi Zait sangat suka melihat tayangan pemandangan salju di TV.
Kemudian terlintas pikiran kemana Maud harus mencari Zait “aha ! ambo tau harus mencari Zait kemana!”. Buru-buru ia menyetop angkot yang lewat di depannya, lantas segera menuju tempat yang dipikirkannya. Dalam perjalanan, ia berdo’a semoga Zait benar berada di sana.
Butuh 4 kali ganti angkot dan sekali naik bus untuk mencapai pusat kota. Beberapa menit  kemudian, Maud sampai di tempat tujuan. Ia segera membeli tiket masuk, mengenakan jaket, dan masuk. Tampak es-es yang berdiri kokoh membentuk bangunan-bangunan yang indah. Hawa dingin menyerang ketika Maud memasuki wilayah Ice World ini. Lampu warna warni menghiasi sekeliling bangunan yang terbuat dari es, terlihat indah. Orang-orang terlihat senang kesana kemari, berlari larian, lempar-lemparan bola, main prosotan, bahkan ada yang hanya berfoto foto saja.
Maud tak sempat menikmati keindahan di dalam ice wolrd ini, ia harus segera mencari Zait. Ia pun mengelilingi ruangan bersuhu -10 itu. Tapi setelah beberapa menit ia mencari, tidak di temukan Zait disitu. Maud hampir putus asa ketika ia melihat seseorang yang berdiri mematung di depan sebuah replika pohon sakura yang dibuat sedang turun salju. Ia pun mendekati orang itu perlahan.
“Zait?” panggil Maud, Tidak ada jawaban dari orang itu. Maud mencoba menyentuh pundak orang itu.
“Zait?” Zait menoleh. Wajahnya pucat pasi. Bibirnya putih membeku.
“Zait ! Sudah berapa lama kau disini? Astaga, badan kau it, badan kau membeku ! ayo kita segera pulang it.” seru Maud menarik tangan Zait. Tapi Zait tetap diam tak bergeming.
“Ambo tak mau pulang ud.” ucap Zait setelah beberapa saat diam
“kenapa?”
“Mereka tidak khawatir dengan ambo”
“Iya kah?” tanya Maud
“Ambo takut ud !”
“Takut? Apa yang kau takutkan it?” tanya Maud
“Ambo takut... Ambo takut tak akan diterima lagi oleh orangtua ambo ud” jelas Zait tetap menatap pohon sakura.
“Itu nanti kita bicarakan diluar sajalah, kau sudah membeku seperti ini. Ayolah it” paksa Maud. Tapi Zait tetap diam.
“Oke, oke. Kita bahas sekarang. Kau tahu darimana orangtua kau tak akan menerima kau? Bagaimanapun, kau anaknya it.” Jelas Maud.
“tidak ud, kalaupun mereka menerima ambo di rumah lagi, ambo tidak akan dianggap sebagai anggota keluarga.”
“Kata siapa? Kau jangan sok tahu ! Memangnya kau sudah mencoba?” geram Maud.
Zait menggeleng.
“Dengar it, bagaimanapun mereka itu orangtua kau. Pasti semarah marahnya orangtua, pasti akan khawatir jika anaknya kabur tanpa meninggalkan kabar. Hey hey, tolong dengarkan ambo lah it. Ucapan kau tadi, itu hanya kecemasan kau ! kau belum mencobanya kan? Coba lah. Kalaupun memang benar, setidaknya kau telah mencoba dan menghilangkan rasa cemas dan penasaran kau itu, it” Maud menunggu tanggapan Zait. Tapi Zait tetap diam.
 “Sekarang kita keluar dulu lah it, biar kau bisa berfikir jernih. Kau sudah seperti iglo di kutub utara it ckck”. Kali ini Maud memaksa Zait sampai Zait mau keluar dari ruangan yang sedingin kulkas itu.
Setelah keluar, mereka pun duduk di bangku taman untuk menghangatkan badan. Sore beranjak datang, Maud mengajak Zait pulang. Seperti tadi, ia tidak mau diajak pulang. Tapi setelah Maud berjanji akan mengantarkannya sampai rumah, ia pun mau pulang.
Malam menyambut ketika mereka sampai di depan rumah Zait. Perlahan tapi pasti, Zait berjalan melewati halaman rumahnya menuju pintu rumahnya, sedangkan Maud menunggu di balik pagar rumah Zait.
“Tok ! Tok ! Tok !” Tak berapa lama, pintu pun di buka dan munculah ibunya Zait dari dalam rumah.
“ZAIT!!” Teriak ibunya histeris.
Dengan hati deg-degan, Zait mencoba berbicara. “Bundo, ambo minta maaf. Apa Bundo masih menganggap ambo anak Bundo?” tanya Zait.
“Astaga it ! Tentu saja ! Kau bicara apa sih, kau tetap anak Bundo lah... Ayo masuk, di luar dingin, muka kau pucat sekali” ajak ibunya sambil menarik Zait masuk dan menutup pintu. Samar samar, Maud yang mengamati dari pagar, mendengar ibunya Zait berteriak “Bapaaaaak ! Zait pulang paaak !”
Maud pun pulang dengan hati lega, ia lelah sekali hari ini. Sesampainya di ru,mah, ia langsung mimpi indah di kamarnya.
JJJJJJJJJ
Esoknya, pagi yang cerah menyambut hari ini. Langit bersih tak berawan terbentang di angkasa. Maud disambut oleh wajah cerah Zait yang menunggunya di depan kelas. Bahagianya Maud melihat wajah Zait yang cerah itu. Maud pun mendekati Zait untuk berbincang bincang sebentar. Ketika mereka sedang berbincang bincang di depan kelas itu, lewatlah wanita yang disukai Maud. Hati Maud langsung deg-degan melihat wanita itu, yang tadinya lagi ngobrol seru dengan Zait, tiba-tiba bungkam dan menundukkan kepala. Setelah wanita itu lewat, Maud merasakan tepukkan pada bahunya.
“Hey, ayolah !” seru Zait
“Ayo apa?” tanya Maud bingung.
“jangan pura pura tidak tahu lah”
Maud mendesah “tidsaklah it, dia terlalu cantik untuk ambo. Pasti banyak yang suka. Tidak mungkinlah dia suka sama ambo.” Ucap Maud sambil berjalan menuju bangkunya.
“Hey ud !” Zait menyusul Maud “Siapa yang mengajarkanku untuk mencoba dulu. ‘Itu hanya kecemasan kau ! kau belum mencobanya kan? Coba lah. Kalaupun memang benar, setidaknya kau telah mencoba dan menghilangkan rasa cemas dan penasaran kau itu’ siapa yang menyerukan kalimat itu ud? Ayolah, coba dulu. Sapa dia, ajak belajar bareng. Kalo dia mau, berarti dia juga suka sama kau” tutur Zait.
Maud yang sedang membaca buku biologi, tidak menanggapi.
“heuh, terserah deh ud, ambo tak bisa membujuk sebaik kau membujukku ud.” Zait kembali ke tempat duduknya tepat pada saat bel masuk berbunyi.
istirahat nanti, aku harus menemuinya” ujar Maud dalam hati.
JJJJJJJJJ
“Zait !!!!!!!!! Dia mau it, dia mau !!” seru Maud sambil menghampiri Zait di kantin sekolah.
“sstttt... ssstttt... ada apa sih teriak teriak ? lihatlah yang kau perbuat, semua orang di kantin memerhatikan kita.” bisik Zait.
“Dia mau it, dia mau ambo ajak belajar bareng !” bisik Maud.
“Serius kau? Ayo kita bicarakan dikelas ” Zait segera menghabiskan makanannya.
“Ayo !!”
Mereka pun pergi ke kelas sambil berbincang bincang riang.
Kata mutiara : “Jangan takut untuk mencoba, lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali. Kalaupun gagal, kamu sudah berusaha dan menghilangkan rasa penasaran yang kau pendam itu.”